KONSEP PERAWATAN JENAZAH MENURUT 3 AGAMA (KEPERAWATAN)
TUGAS AGAMA
KONSEP PERAWATAN JENAZAH MENURUT 3 AGAMA
(ISLAM,
KRISTEN DAN HINDU)
oleh
Kelompok 4
Agus Eka Aditya Pratama (18C10003)
Ni Putu Ari Yudha Pranata (18C10008)
Ni Made Cempaka Ningrum (18C10020)
Ni Made Fajarini Gemilang (18C10030)
Hedrikus Lende Dairo (18C10031)
Luh Sindi Kartika Dewi (18C10040)
Malika Ayu Cahyani (18C10041)
I Gst Ag. Mas Diah Novitasari(18C10042)
Ni Putu Sintya Melinika Dewi(18C10057)
Ni Kadek Sri Rahayu (18C10059)
TK/Kelas : I/A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TA. 2018/2019
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya atas
selesainya Makalah yang berjudul “Konsep Perawatan Jenazah Menurut Agama Islam,
Kristen dan HIndu”.
Adapun
tujuan umum dari penyelesaian penulisan Makalah ini adalah tugas dari mata
kuliah Agama dalam materi penulisan Makalah ini. Atas dukungan moral dan
materil yang diberikan dalam penyusunan Makalah, maka saya mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Bapak
Asthadi Mahendra Bhandesa, S.Pd.H,M.Pd.H selaku Dosen mata kuliah Agama yang
telah memberikan bimbingan, ide dan saran untuk Makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa Makalah ini belumlah sempurna oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan Makalah
ini.
Penulis
ii
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR
ISI....................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHALUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar
Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan.............................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
2.1 Definisi Kematian............................................................................. 3
2.2 Asuhan Keperawatan pada Masalah
Menjelang Kematian............... 5
2.3
Konsep Kematian Menurut Agama.................................................. 9
2.4 Perawatan Jenazah Menurut Agama ................................................ 12
BAB
III PENUTUP............................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 17
3.2 Saran................................................................................................. 17
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kehilangan adalah
peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat unik secara individual. Hidup
adalah serangkaian kehilangan dan pencapaian. Seorang anak yang mulai belajar
berjalan mencapai kemandiriannya dengan mobilisasi. Seorang lansia dengan
perubahan visual dan pendengaran mungkin kehilangan kesadaran-dirinya.
Penyakit dan perawatan di rumah sakit sering melibatkan berbagai kehilangan.
(potter dan perry)
Dalam kehidupan setiap
individu hanya ada satu hal yang pasti, yaitu individu tersebut akan meninggal
dunia . Kematian merupakan suatu hal yang alami. Saat
terjadinya kematian merupakan saat-saat yang tidak diketahui waktunya.
Kematian dapat terjadi singkat dan tidak terduga seperti seorang anak yang
meninggal akibat kecelakaan, kematiaan dapat berlangsung mendadak dan tidak
dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya seseorang yang pingsan dan dalam waktu
24 jam sudah meninggal, kematian dapat diperkirakan sebelumnya melalui
diagnosis medis tetapi saat kematian itu sendiri biasa terjadi mendadak,atau
pasien dapat mengalami dahulu stadium terminal penyakit dalam waktu yang
bervariasi mulai dari berapa hari hingga berbulan-bulan.
Kematian dari masa lampau sampai saat ini selalu dikhaskan
dengan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya
respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya kerja otak
secara menetap. Namun demikian, kemajuan dalam teknologi
kedokteran berlangsung sedemikian cepat sehingga kalau satu atau lebih sistem tubuh tidak
berfungsi, pasien mungkin masih dapat dipertahankan “hidupnya” dengan bantuan mesin, tindakan ini
dapat dilakukan sehubungan dengan pengangkatan organ tubuh untuk bedah
transplantasi.
Kepercayaan yang ada pada agama memberitahukan konsep-konsep
yang benar dan yang salah, dan perilaku yang
diharapkan untuk menjadi seseorang yang baik, penuh tenggang rasa terhadap
orang lain serta mempunyai rasa cinta kasih terhadap sesama, baik dalam
perkataan maupun perbuatannya. Dengan memahami bahwa
kematian merupakan suatu yang alami dari proses kehidupan akan membantu perawat
dalam
memberikan respon terhadap kebutuhan pasien dengan lebih murah hati.
1
1.2
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.2.1 Apa yang di
maksud dengan kematian ?
1.2.2 Bagaimana Asuhan Keperawatan pada
Masalah Menjelang Kematian
dan
kematian?
1.2.3
Bagaimana konsep kematian menurut agama Islam, Kristen dan
Hindu ?
1.2.4 Bagaimana
tindakan perawatan jenazah menurut agama Islam,
Kristen
dan Hindu ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini:
1.3.1
Untuk Mengetahui apa yang
dimaksud dengan kematian
1.3.2
Mengetahui tindakan asuhan
keperawatan pada
masalah menjelang kematian
1.3.3
Mengetahui konsep
kematian menurut agama Islam, Kristen, dan Hindu
1.3.4
Mengetahui tidakan
perawatan jenazah yang harus dilakukan berdasarkan agama klien.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Kematian
Kematian suatu keadaan
alamiah yang setiap individu pasti akan mengalaminya. Secara umum, setiap
manusia berkembang dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, lansia dan
akhirnya mati.
Kematian (death) merupakan
kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respon
terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas listrik
otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara
menetap atau terhentinya kerja otak secara menetap. . Terdapat beberapa
perubahan tubuh setelah kematian, diantaranya :
1. Algor mortis (Penurunan suhu
jenazah)
Algor mortis merupakan
salah satu tanda kematian yaitu terhentinya produksi panas, sedangkan
pengeluaran berlangsung terus menerus, akibat adanya perbedaan panas antara
mayat dan lingkungan.
Faktor
yang mempengaruhi Algor mortis yaitu :
a.
Faktor lingkungan
b.
Suhu tubuh saat kematian ( suhu meningkat, a.m.makin lama)
c.
Keadaan fisik tubuh serta pakaian yang menutupinya
d.
Aliran udara, kelembaban udara
e.
Aktivitas sebelum meninggal, konstitusi tubuh
f. Sebab kematian, posisi tubuh
2.
Livor mortis (Lebam mayat)
Livor mortis (lebam mayat) terjadi akibat peredaran darah
terhenti mengakibatkan stagnasi maka darah menempati daerah terbawah sehingaa
tampak bintik merah kebiruan.
3. Rigor mortis (Kaku
mayat)
Rigor mortis adalah kekakuan pada otot tanpa atau disertai
pemendekan serabut otot.
Tahapan
tahapan rigor mortis:
0-2
sampai 4 jam : kaku belum terbentuk
6
jam : Kaku lengkap
12
jam : kaku menyeluruh
36
jam : relaksasi sekunder
3
4. Dekomposisi
( Pembusukan)
Hal ini merupakan suatu
keadaan dimana bahan-bahan organik tubuh mengalami dekomposisi baik yang
disebabkan karena adanya aktifitas bakteri, maupun karena autolisis. Skala waktu terjadinya pembusukan
mulai
terjadi setelah kematian seluler. Lebih dari 24 jam mulai tampak warna
kehijauan di perut kanan bawah (caecum).
Mekanisme:
Degradasi jaringan oleh bakteri → H2S, HCN,
AA, asam lemak
H2S + Hb → HbS (hijau kehitaman).
H2S + Hb → HbS (hijau kehitaman).
Faktor yang mempengaruhi pembusukan:
1. Mikroorganisme
2. Suhu optimal (21 – 370C)
3. Kelembaban tinggi→cepat
4. Sifat mediumnya udara=air=tanah=(1:2:8)
5. Umur bayi, anak, ortu → lambat
6. Kostitusi tubuh : gemuk (cepat)
7. Keadaan waktu mati kematian
:edema(cepat), dehidrasi(lambat)
8. Sebab kematian : radang (cepat)
Berikut
ini terdapat beberapa definisi mengenai kematian sebagai berikut :
1.
Mati
klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan)
ditambah henti sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti,
tetapi tidak ireversibel. Pada masa dini kematian inilah, pemulaian resusitasi
dapat diikuti dengan pemulihan semua fungsi sistem organ vital termasuk fungsi
otak normal, asalkan diberi terapi optimal.
2.
Mati
biologis (kematian semua organ) selalu mengikuti mati
klinis bila tidak dilakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau bila upaya
resusitasi dihentikan. Mati biologis merupakan proses nekrotisasi semua
jaringan, dimulai dengan neuron otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1
jam tanpa sirkulasi, diikuti oaleh jantung, ginjal, paru dan hati yang menjadi
nekrotik selama beberapa jam atau hari. Pada kematian, seperti
yang biasa terjadi pada penyakit akut atau kronik yang berat, denyut jantung
dan nadi berhenti pertama kali pada suatu saat, ketika tidak hanya jantung,
tetapi organisme secara keseluruhan begitu terpengaruh oleh penyakit tersebut
sehingga tidak mungkin untuk tetap hidup lebih lama lagi. Upaya resusitasi pada
kematian normal seperti ini tidak bertujuan dan tidak berarti. Henti
jantung (cardiac arrest) berarti penghentian tiba-tiba kerja pompa
jantung pada organisme yang utuh atau hampir utuh. Henti jantung yang terus
berlangsung sesudah jantung
4
pertama
kali berhenti mengakibatkan kematian dalam beberapa menit. Dengan perkataan
lain, hasil akhir henti jantung yang berlangsung lebih lama adalah mati
mendadak (sudden death). Diagnosis mati jantung (henti jantung
ireversibel) ditegakkan bila telah ada asistol listrik membandel (intractable,
garis datar pada EKG) selama paling sedikit 30 menit, walaupun telah dilakukan
RJP dan terapi obat yang optimal.
3.
Mati
serebral (kematian korteks) adalah kerusakan
ireversibel (nekrosis) serebrum, terutama neokorteks. Mati otak (MO,kematian
otak total) adalah mati serebral ditambah dengan nekrosis sisa otak lainnya,
termasuk serebelum, otak tengah dan batang otak.
Penyebab
kematian menurut ilmu kedokteran tidak berhubungan dengan jatuhnya manusia ke
dalam dosa atau dengan Allah, melainkan diakibatkan tidak berfungsinya organ
tertentu dari tubuh manusia.
Kematian menurut dokter H. Tabrani Rab
disebabkan empat faktor:
(1) berhentinya pernafasan
(2) matinya jaringan otak
(3) tidak berdenyutnya jantung
(4) adanya pembusukan pada jaringan
tertentu oleh bakteri-bakteri
Seseorang
dinyatakan mati menurut Dr. Sunatrio bilamana fungsi pernafasan/paru-paru dan
jantung telah berhenti secara pasti atau telah terbukti terjadi kematian batang
otak. Dengan demikian, kematian berarti berhentinya bekerja secara total
paru-paru dan jantung atau otak pada suatu makhluk. Dalam ilmu kedokteran, jiwa
dan tubuh tidak dapat dipisahkan. Belum dapat dibuktikan bahwa tubuh dapat dipisahkan
dari jiwa.
2.2
Asuhan
Keperawatan Pada Masalah Menjelang Kematian dan Kematian
A.
Pengkajian
Keperawatan
Pengkajian masalah ini
antara lain adanya tanda klinis saat menghadapi kematian (sekarat), seperti
perlu dikaji adanya hilangnya tonus otot, relaksasi wajah, kesulitan untuk
berbicara, kesulitan menelan, penurunan aktivitas gastrointestinal, melemahnya
tanda sirkulasi, melemahnya sensasi, terjadinya sianosis pada ekstremitas,
kulit teraba dingin, terdapat perubahan tanda vital seperti nadi melambat dan melemah,
penurunan tekanan darah, pernapasan tidak teratur melalui mulut, adanya
kegagalan sensori seperti pandangan kabur dan menurunnya tingkat kecerdasan.
Pasien yang mendekati kematian ditandai dengan dilatasi pupil, tidak mampu
bergerak, refleks hilang, nadi naik kemudian turun, respirasi cheyne stokes
(napas terdengar kasar), dan tekanan darah menurun. Kematian ditandai dengan
terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, hilangnya respons terhadap
stimulus eksternal, hilangnya pergerakan otot, dan terhentinya aktivitas otak.
5
B.
Diagnosis
Keperawatan
1. Ketakutan
berhubungan dengan ancaman kematian (proses sekarat).
2. Keputusan
berhubungan dengan penyakit terminal
C.
Perencanaan
dan tindakan keperawatan
Hal yang dapat dilakukan
dalam perencanaan tujuan keperawatan adalah membantu mengurangi depresi,
mempertahankan harapan, membantu pasien dan keluarga menerima kenyataan.
Rencana yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, antara lain:
1. Memberikan
dukungan dan mengembalikan kontrol diri pasien dengan cara mengatur tempat
perawata, mengatur kunjungan, jadwal aktivitas, dan penggunaan sumber pelayanan
kesehatan.
2. Membantu
pasien mengatasi kesepian, depresi, dan rasa takut.
3. Membantu
pasien mempertahankan rasa aman, percaya diri, dan harga diri.
4. Membantu
pasien mempertahankan harapan yang dimiliki.
5. Membantu
pasien menerima kenyataan.
6. Memenuhi
kebutuhan fisiologis.
7. Memberikan
dukungan spiritual dengan memfasilitasi kegiatan spiritual pasien.
D.
Tindakan
Perawat Dalam Menangani Jenazah
Dalam menangani jenazah
perawat harus melakukannya dengan hormat dan sebaik-baiknya. Rasa hormat ini
dapat dijadikan prinsip, dengan kata lain, seseorang telah diperlakukan secara
manusiawi dan sama seperti orang lain. Seorang perawat harus memperlakukan
tubuh jenazah dengan hormat. Sebelum kematian terjadi, anggota tubuh harus
diikat dan kepala dinaikkan ke atas bantal. Tubuh harus dibersihkan dengan
membasuhnya dengan air hangat secara perlahan. Segala sesuatu yang keluar dari
tubuh pasien harus dicuci dan dibersihkan rawatan posmortem,
Perawatan tubuh setelah
kematian disebut perawatan postmortem. Hal ini dapat menjadi tanggung jawab
perawat. Perawat akan lebih mudah melakukannya apabila bekerja sama dengan staf
kesehatan lainnya. Adapun hal yang harus diperhatikan :
1.
Perlakukan tubuh dengan
rasa hormat yang sama perawat lakukan terhadap orang yang masih hidup.
2.
Beberapa fasilitas
memilih untuk meninggalkan pasien sendiri sampai petugas kamar jenazah tiba.
3.
Periksa prosedur manual
rumah sakit sebelum melanjutkan perawatan postmortem.
6
ü Perawatan Jenazah
- Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis.
- Singkirkan pakaian atau alat tenun.
- Lepaskan semua alat kesehatan
- Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda
- Tempatkan kedua tangan jenazah di atas abdomen dan ikat
pergelangannya (tergantung dari kepercayaan
atau agama)
- Tempatkan satu bantal di bawah kepala.
- Tutup kelopak mata, jika tidak bisa tertutup bisa menggunakan
kapas
basah.
- Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan
gulungan
handuk di bawah dagu.
-
Letakkan alas di bawah glutea
-
Tutup tubuh jenazah sampai sebatas bahu
-
Kepala ditutup dengan kain tipis
-
Catat semua milik pasien dan berikan kepada keluarga
-
Beri kartu atau tanda pengenal
-
Bungkus jenazah dengan kain panjang
ü Perawatan Jenazah yang
akan Diotopsi
- Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan
- Beri label pada pembungkus jenazah
- Beri label pada alat protesa yang digunakan
- Tempatkan jenazah pada lemari pendingin
ü Perawatan Jenazah yang
meninggal akibat kasus penyakit menular
1.
Tindakan di ruangan
- Luruskan tubuh,
tutup mata, telinga dan mulut dengan kapas
- Lepaskan alat
kesehatan yang terpasang
- Setiap luka harus
diplester rapat
- Tutup semua lubang
tubuh dengan plester kedap air
Membersihkan jenazah
perhatikan beberapa hal
Perawat
menggunakan pelindung :
- Sebaiknya
menggunakan masker penutup mulut.
- Harus
menggunakan sarung tangan karet.
-
Sebaiknya menggunakan apron / untuk melindungi tubuh dalam
keadaan tertentu.
- Menggunakan air
pencuci yang telah dibubuhi bahan desinfektan
7
- Mencuci tangan
dengan sabun setelah membersihkan jenazah
(sebelum
sarung tangan dilepaskan dan sesudah sarung tangan dilepaskan).
-
Pasang label identitas
jenazah pada kaki.
- Keluarga/teman
diberi kesempatan untuk melihat jenazah
- Memberitahukan
kepada petugas kamar jenazah bahwa jenazah adalah
penderita penyakit “menular”
-
Jenazah dikirimkan ke kamar jenazah
2.
Tindakan di Kamar Jenazah
a.
Jenazah dimandikan oleh petugas kamar jenazah yang telah
mengetahui cara memandikan jenazah yang infeksius.
b.
Petugas sebaiknya menggunakan pelindung :
1.
masker penutup mulut
2.
kaca mata pelindung mata
3.
sarung tangan karet
4.
apron/baju khusus untuk melindungi tubuh dalam keadaan tertentu
5.
sepatu lars sampai lutut (sepatu boot)
c.
Menggunakan air pencuci yang telah dibubuhi desinfektan, antara
lain kaporit.
d.
Mencuci tangan dengan sabun setelah membersihkan jenazah
(sebelum dan sesudah sarung tangan dilepaskan)
e.
Jenazah dibungkus dengan kain kafan atau kain pembungkus lain
sesuai dengan kepercayaan/agamanya.
Hal yang dilakukan setelah perawatan jenazah :
1.
Segera mencuci kulit dan permukaan lain dengan air bila terkena
darah atau cairan tubuh lain.
2.
Dilarang menutup atau memanipulasi jarum suntik, buang dalam
wadah khusus alat tajam
3.
Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya ditempatkan dalam tas plastic
4.
Pembuangan sampah dan bahan terkontaminasi dilakukan sesuai
dengan tujuan mencegah infeksi
5.
Setiap percikan atau tumpahan darah di permukaan segera
dibersihkan dengan larutan desinfektans, misalnya klorin 0.5 %
6.
Peralatan yang akan digunakan kembali harus diproses dengan
urutan: dekontaminasi, pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi
7.
Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka
8
8.
Jenazah tidak boleh dibalsam,disuntik untuk
pengawetan dan diautopsi kecuali oleh petugas khusus.
9.
Dalam hal tertentu, autopsi hanya dapat dilakukan setelah
mendapatkan persetujuan dari pimpinan RS
E.
Evaluasi
Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah
sekarat dan kematian secara umum dapat dinilai dari kemampuan individu untuk menerima
makna kematian, reaksi terhadap kematian, dan perubahan perilaku, yaitu
menerima arti kematian.
2.3
Konsep Kematian Menurut Agama
A.
Konsep Kematian Menurut Agama Islam
Orang disebut “mati” apabila nyawanya telah meniggalkan tubuh.
Oleh karena itu, manusia dan hewan juga mengalami kematian. Dalam ajaran islam,
mati hanyalah masa istirahat untuk mejelang hidup yang abadi di akhirat nanti.
Suatu masa hidup yang tidak berkesudahan.
Seperti yang tercantum dalam ayat “Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. 29:57)
tiap orang yang pernah hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa
kecuali, mereka semua akan mati, tiap orang. Saat ini, kita tidak pernah
menemukan jejak orang-orang yang telah meninggal dunia. Mereka yang saat ini
masih hidup dan mereka yang akan hidup juga akan menghadapi kematian pada hari
yang telah ditentukan. Walaupun demikian, masyarakat pada umumnya cenderung
melihat kematian sebagai suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan saja.
Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua “kenyataan”
dalam hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan “hari-hari indah” di
dunia ini. Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: anda
dapat mengedipkan mata anda, menggerakkan badan anda, berbicara, tertawa; semua
ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan
bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.
Manusia yang diciptakan
seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri. Namun
selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk memenuhi segala keinginannya.
Tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memenuhi hawa nafsunya. Namun, tidak
seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kuburan. Jenazah dikuburkan
hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. Tubuh
datang ke dunia ini seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang sama.
9
Modal yang dapat di bawa seseorang ketika mati
hanyalah amal-amalnya saja. Dunia adalah tempat ujian dan cobaan. Bagi
orang yang tunduk dan patut kepadanya maka surga sebagai balasannya. Kita juga
tidak tahu kapan dan dimana akan datangnya maut. Bahkan apa yang kita peroleh
pada hari esok, belum tahu apa yang terjadi. Adanya kematian yang menimpa
seseorang, berarti akan memutus kelezatan dunia. Manusia tinggal menunggu
balasan amal perbuatannya ketika masih di dunia.
B.
Konsep Kematian menurut Agama Kristen
Antropologi Perjanjian
Lama menjelaskan bahwa manusia bukan berasal dari Allah melainkan diciptakan
oleh Allah (Kej 1:27) atau dibentuk oleh Allah dari debu tanah dan diberi
kehidupan setelah Allah menghembus nafas hidup ke dalam hidungnya (Kej. 2:7).
Bila manusia disebut ciptaan maka di dalam manusia ada unsur
ketidakkekalan (mortality). Dalam Kej. 2:16-17 terdapat
larangan makan buah pengetahuan yang baik dan jahat dengan akibat ”mati. Perintah
Allah itu itu dilanggar manusia sehingga manusia mati dalam pengertian terpisah
dengan Allah atau mati rohani. Rasul Paulus juga
berbicara bahwa manusia mati (nekros) karena pelanggaran dan
dosa (Ef 2:1, Rm 7:9). Selain itu dalam Roma 6:23, Rasul Paulus mengatakan
bahwa upah dosa adalah maut (thanatos). Akibat dosa, manusia
terputus hubungannya dengan Allah. Dalam Kej 2:7 dikatakan bahwa Tuhan Allah
membentuk manusia dari debu tanah. Allah memasukkan nafas (neshamah) ke
dalam bentuk jasmani, dan dengan cara itu manusia menjadi makhluk hidup (nefesh
chayyah). Tetapi bukan berarti manusia menerima jiwa atau roh
ilahi (divine soul or spirit).
Paham immortalitas jiwa
tidak dikenal dalam Alkitab. Manusia mengalami
kematian bukan karena Tuhan, tetapi karena kemauan manusia sendiri yang hendak menjadi sama seperti Allah. Dosa utama ini yang membawa kematian dalam hidup manusia. Pandangan rohani yang dalam ini berasal dari konflik antara tradisi Yahwis berhadapan dengan konsepsi dunia Timur kuno. Manusia yang terdiri dari tubuh, roh dan jiwa disebut sebagai manusia seutuhnya; manusia sebagai suatu totalitas. Manusia yang utuh ini yang Allah ciptakan dan sekaligus diselamatkan Allah setelah jatuh dalam dosa. Keselamatan yang Allah berikan bukanlah keselamatan untuk jiwanya saja, tetapi keselamatan untuk tubuhnya juga. Kalau manusia mati, ia mati seluruhnya sebagai tubuh dan jiwa. Allah bersama-sama manusia dalam hidupnya dan Allah juga bersama-sama dengan manusia pada waktu manusia mati dan sesudah manusia mati.
kematian bukan karena Tuhan, tetapi karena kemauan manusia sendiri yang hendak menjadi sama seperti Allah. Dosa utama ini yang membawa kematian dalam hidup manusia. Pandangan rohani yang dalam ini berasal dari konflik antara tradisi Yahwis berhadapan dengan konsepsi dunia Timur kuno. Manusia yang terdiri dari tubuh, roh dan jiwa disebut sebagai manusia seutuhnya; manusia sebagai suatu totalitas. Manusia yang utuh ini yang Allah ciptakan dan sekaligus diselamatkan Allah setelah jatuh dalam dosa. Keselamatan yang Allah berikan bukanlah keselamatan untuk jiwanya saja, tetapi keselamatan untuk tubuhnya juga. Kalau manusia mati, ia mati seluruhnya sebagai tubuh dan jiwa. Allah bersama-sama manusia dalam hidupnya dan Allah juga bersama-sama dengan manusia pada waktu manusia mati dan sesudah manusia mati.
10
Jelas bahwa manusia mati sebagai manusia dalam
totalitas dirinya. Ia mati sebagai diri yang rohani dan badani. Maka kematian
badani adalah lambang yang tepat yang menjelaskan lebih mendalam bahwa maut
adalah akibat dosa dan tidak terelakkan. Bila dosa mengakibatkan kematian, maka
Kristus telah diutus Allah untuk menghapuskan dosa manusia sehingga di dalam
Kristus manusia didamaikan dengan Allah. Dengan jalan itu, Allah memberikan
kepada manusia kemungkinan baru untuk hidup sebagai partnerNya.
C.
Konsep Kematian Menurut
Agama Hindu
Manusia
pada umumnya selalu takut datangnya kematian, manusia dengan segala cara selalu
menjaga kesehatannya dengan harapan proses kematian jangan terlalu cepat
sehingga dapat lama menikmati kehidupan ini. Rasa takut manusia menghadapi
kematian adalah suatu pertanda bahwa sudah banyak penderitaan yang lain pada
saat matinya dalam kehidupan yang sebelumnya. Agama Hindu mengatakan setelah
mati tubuh hancur, kembali menjadi panca maha buta. Sedangkan jiwa mungkin
mencapai moksha atau lahir kembali ke dunia ini.
Salah satu kitab
dalam yang disakralkan oleh umat Hindu adalah kitab Upanishad. Kitab
Upanishad mengajarkan bahwa di luar dunia ini, "brahmanatman"lah
(sesuatu seperti Allah) satu-satunya yang benar-benar ada dan berarti. Apa yang manusia
lihat, dunia ruang, dan waktu adalah maya. Maya
sifatnya hanya sementara dan tidak memiliki makna yang nyata. Namun, semua yang
hidup dan bernapas memiliki "atman" atau jiwa yang merupakan
bagian dari "paramatman" atau dunia arwah. Setiap
"atman", saat berada dalam dunia maya, mencoba untuk kembali ke
"paramatman".
Kitab Upanishad
menyatakan bahwa jalan satu-satunya bagi "atman" untuk kembali ke asalnya
adalah melalui "punar-janman" atau reinkarnasi. "Atman" (jiwa)
seseorang mungkin berawal dari cacing, kemudian melalui kematian dan kelahiran
kembali, jiwa itu menjadi sesuatu yang lebih tinggi derajatnya sampai menjadi
manusia. Saat "atman" menjadi manusia, "atman" itu
harus tumbuh dengan mencapai kelas sosial yang lebih tinggi. Manusia mencapai
kelas sosial yang lebih tinggi dengan mengikuti darmanya tugasnya untuk
melakukan sesuatu hal tertentu sesuai dengan kelasnya. Tugas tersebut meliputi
tugas moral, sosial, dan agama. Ketiganya sangat penting dalam agama Hindu. Cara
lain untuk membebaskan jiwa adalah melalui yoga. Kedisiplinan yang menahan
hasrat jasmani di bawah penguasaan diri sehingga "atman" dapat lolos
dari lingkaran kematian dan kelahiran kembali untuk kemudian bergabung ke "paramatman"
(dunia arwah). Sekalinya "atman" dapat masuk ke "paramatman"
(kenyataan yang sebenarnya)
11
maka "atman"
tersebut telah diterima di nirwana. Kemudian yang ada hanyalah hidup yang lebih
tinggi. Ia berhasil masuk ke dalam keabadian. Orang
Hindu meyakini bahwa dunia ini tidak bermakna karena dunia ini hanya sementara
dan satu-satunya realitas adalah sesuatu yang dapat ia lihat sekilas melalui
disiplin dan meditasi yang intensif. Mereka percaya bahwa jiwa mereka telah
melalui lingkaran kelahiran, kematian, kelahiran kembali yang panjang dan akan
terus begitu sampai menemukan kelepasan di nirwana (keabadian). Orang Hindu
percaya bahwa Upanishad memberi mereka hikmat yang mereka perlukan untuk
menolak dunia agar jiwanya dapat mencapai"paramatman" yang
kekal. Hinduisme ini mengajarkan bahwa keselamatan dapat diperoleh melalui
salah satu dari tiga cara, yakni dengan menjalankan darma atau tugas;
pengetahuan yang diajarkan Upanishad; dan pengabdian kepada salah satu dewa,
misalnya Wisnu atau Siwa. Cara yang terakhir adalah cara yang paling banyak
digunakan orang-orang dari kelas bawah (mayoritas orang India) karena cara itu
menawarkan kemudahan bagi jiwa mereka untuk mencapai kelas yang lebih tinggi,
dan akhirnya nirwana. Menurut agama Hindu, setelah mengalami tahap-tahap
kehidupan yang sempurna dan melewati reinkarnasi, mereka akan bertemu dengan
Dewa Brahma (Pencipta).
2.4
Perawatan Jenazah Menurut Agama
A.
Perawatan Jenazah menurut Agama Islam
Perawatan jenazah menurut
Islam meliputi memandikan jenazah, mengkafani, menyolatkan dan menguburkan.
1.
Memandikan jenazah
Syarat-syarat
jenazah wajib dimandikan adalah:
a.
Jenazah itu harus orang Islam
b.
Didapati tubuhnya walaupun sakit
c.
Bukan mati syahid
d.
Bayi lahir sebelum
waktunya dan belum ada tanda-tanda hidup, misalnya belum menangis, belum
bernafas dan denyut nadi belum bergerak
e.
Orang yang meninggal
karena kecelakaan yang fatal sehingga tubuhnya nyaris rusak/hancur.
Bila jenazah disemayamkan lebih dari 24 jam sebaiknya tidak dimandikan
tetapi cukup dilap dengan kain yang agak basah sampai kering, kemudian
diberi borehan dengan alkohol atau spiritus. Sesudah itu diberi bedak dengan
maksud agar mayat tetap kering dan tidak mendatangkan bau yang kurang sedap.
12
Orang-orang yang berhak
memandikan jenazah:
a. Jika mayat telah
mewasiatkan kepada seseorang untuk memandikannya maka orang itulah yang berhak.
b. Jika mayat tidak
mewasiatkan maka yang berhak adalah ayahnya atau kakeknya atau anaknya
laki-laki atau cucunya laki-laki.
c. Jika tidak ada yang
mampu keluarga mayat boleh menunjuk orang yang amanah yang terpercaya buat
mengurusnya.
Persiapan sebelum memandikan jenazah:
a. Menutup aurat si mayat
dengan kain basahan atau handuk besar.
b. Melepas pakaian yang
masih melekat di tubuhnya.
c. Menggunting kuku
tangan dan kaki kalau panjang
d. Mencukur bulu ketiak
dan merapikan kumis.
e. Membersihkan hidung
dan mulut serta menutupnya dengan kapas ketika dimandikan lalu dibuang setelah
selesai.
Tata
cara memandikan jenazah:
a.
Jenazah dibaringkan di tempat yang tinggi.
b.
Jenazah dimandikan di tempat tertutup.
c.
Ketika dimandikan dipakaikan kain basah.
d.
Bersihkan isi perut dengan tangan kiri yang telah terbalut.
e.
Jenazah dibersihkan dari nazis yang melekat di tubuhnya atau
yang keluar dari duburnya.
f.
Setelah dibersihkan lalu dengan menggunakan air, sabun mandi,
seluruh tubuh dari rambut sampai telapak kaki dimandikan sampai bersih.
Disunnahkan jenazah tersebut dimandikan tiga kali atau lima kali.
g.
Setelah jenazah selesai dimandikan, kemudian badannya
dikeringkan dengan memakai handuk.
2.
Mengkafani jenazah
Tata cara mengkafani jenazah adalah jenazah
laki-laki atau wanita minimal dibungkus dengan selapis kain kafan yang menutupi
seluruh tubuhnya. Namun untuk jenazah laki-laki sebaiknya dibungkus tiga lapis
dan untuk wanita lima lapis yaitu kain basahan, baju, tutup kepala, kerudung
dan kain kafan yang menutupi seluruh tubuhnya
3.
Menyolatkan jenazah
Syarat-syarat sah
sholat jenazah adalah:
a. Menutup aurat, suci
dari hadas besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya serta
menghadap kiblat.
13
b. Mayat sudah dimandikan
dan dikafani.
c. Letak mayat sebelah
kiblat orang yang menyolatinya, kecuali kalau sholat dilakukan di atas kubur
atau sholat gaib.
B.
Perawatan Jenazah menurut Agama Kristen
Cara merawat jenazah
yaitu tindakan ini dilakukan untuk menjaga privasi
keluarga sekaligus merawa jenazah supaya tahan lama dan kelihatan bersih
dan menghargai jenazah.
1. Perlengkapan
memandikan jenazah
Adapun perlengkapan
yang diperlukan dalam memandikan jenazah:
·
Air bersih secukupnya
·
Sabun mandi untuk membersihkan
·
Sarung tangan atau handuk untuk membersihkan kotoran-kotoran
·
Lidi atau sebagainya untuk membersihkan kuku
·
Handuk untuk mengeringkan badan atau tubuh jenazah setelah
selesai dimandikan
2. Cara-cara memandikan
jenazah
·
Bujurkan jenazah di tempat yang tertutup, tetapi jika jenazah
dapat didudukkan di kursi bisa didudukan dikursi.
·
Seandainya jenazah perempuan maka yang memandikan perempuan
demikian juga sebaliknya.
·
Lepaskan seluruh pakaian yang melekat dan menutup
·
Tutup bagian auratnya
·
Lepaskan logam seperti cincin dan gigi palsu seandainya ada.
·
Bersihkan kotoran nazisnya dan meremas bagian perutnya hingga
kotorannya keluar, hal ini dialakukan dalam keadaan duduk.
·
Bersihkan rongga mulut
·
Bersihkan kuku, jari dan tangannya
·
Diusahakan menyiram air mulai dari anggota yang kanan, diawali
dari kepala bagian kanan terus ke bawah, kemudian bagian kiri terus kebawah dan
diulang sampai bersih
3. Cara pelaksanaan
memandikan jenazah
·
Mulai menyiram anggota tubuh secara urut, tertib segera dan rata
hingga bersih minimal 3 kali serta dimulai anggota tubuh sebelah kanan.
·
Menggosok seluruh tubuh dengan air sabun.
14
·
Menyiram beberapa kali sampai bersih.
·
Setelah bersih seluruh tubuh dikeringkan dengan handuk kering
hingga kering.
·
Pakailah baju jenazah dengan warna gelap atau pakaian
kesukaannya.
·
Diangkat ke rumah di ruang tengah dimana dialasi tikar pandan.
4. Hal-hal yang
diperhatikan
·
Dilarang memotong rambut, hal ini dihindari karena dianggap
menganiaya jenazah dengan menimbulkan kerusakan atau cacat tubuh.
·
Saat menyiram air pada wajah dan muka tutuplah lubang mata,
hidung, mulut dan telinganya agar tidak kemasukan air.
·
Apabila anggota tubuh terluka dalam menggosok dan membersihkan
bagian terluka supaya hati-hati dilakukan dengan lembut seakan memperlakukan
pada waktu masih hidup.
Cara
memformalin jenazah
Formalin yang digunakan
70% sebab dapat membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri
dehidrasi kekurangan air, sehingga sel bakteri akan kering dan membentuk
lapisan baru dipermukaan, hal ini bertujuan untuk melindungi lapisan dibawah,
supaya tahan terhadap serangan bakteri lain. Formalin
digunakan kurang lebih 4 liter supaya tahan lama kurang lebih satu minggu,
untuk tiga hari jumlah 2 liter dimana konsentrasinya sama 70%, untuk
penyuntikan formalin dipercayakan kepada pihak RS atau bidan. Jika di RS
penyuntikan ini dipercayakan kepada perawat sedang di luar RS dipercayakan
kepada bidan. Ini disuntikan pada tubuh jenazah. Salah satu tempatnya di bagian
yang banyak mengandung air dan berongga contohnya di bagian sela-sela iga.
Formalin juga dapat dimasukkan ke pembuluh vena saphena magna. Pembuluh ini
letaknya di atas persendian kaki supaya tidak merusak organ tubuh lainnya. Ada
juga yang disuntikkan di pelipatan paha. Namun, di dunia kedokteran sudah
menggunakan standar di kaki karena selain mencarinya mudah juga pembuluh sudah
kelihatan.
C.
Perawatan Jenazah menurut Agama Hindu
a. Terlebih dahulu
jenazah harus dimandikan dengan air tawar yang bersih dan sedapat mungkin
dicampur dengan wangi- wangian.
b. Setelah itu diberi
secarik kain putih untuk menutupi bagian muka wajah dan bagian alat kelaminnya.
15
c. Kemudian barulah
diberi pesalin dengan kain atau baju yang baru (bersih), rambutnya dirapikan
(perempuan : rambutnya digulung sesuai dengan arah jarum jam), posisi tangan
dengan sikap "menyembah" ke bawah. Setelah itu dibungkus dengan kain
putih.
d. Pada saat membungkus
jenazah tersebut supaya diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Bila jenazah itu
laki- laki maka lipatan kainnya: yang kanan menutupi yang kiri, dan bila
perempuan maka lipatan kainnya: yang kiri menutupi yang kanan. Setelah terbungkus
rapi ikatlah bagian ujung (kepala dan kaki) serta bagian tengah jenazah yang
bersangkutan dengan benang atau sobekan kain pembungkus tadi. Setelah selesai
perawatan di atas, barulah jenazah tersebut disemayamkan di tempat yang telah
ditetapkan.
16
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kematian (death) merupakan
kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respon
terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas listrik
otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara
menetap atau terhentinya kerja otak secara menetap.
Dalam
melaksanakan asuhan keperawatannya, perawat harus mengetahui konsep kematian
berdasarkan agama pasien. Perawat memiliki peranan dalam perawatan jenazah.
Perawatan yang dilakukan terhadap jenazah berbeda sesuai dengan agama pasien.
Perawatan jenazah pada pasien beragama Kristen antara lain memandikan jenazah
dan memformalin jenazah. Perawatan jenazah pasien beragama Islam antara lain,
membujurkan jenazah, memandikan jenazah, mengkafani jenazah, dan menyolatkan
jenazah. Sedangkan perawatan jenazah pasien beragama Hindu antara lain
memandikan jenazah dan membungkus jenazah dengan kain putih.
Dalam melakukan perawatan
jenazah, perawat harus mengetahui penyebab kematian pasien, apakah karena
penyakit menular atau tidak. Jika, pasien tersebut meninggal karena
penyakit menular, maka perawat harus menggunakan alat pelindung diri saat
melakukan perawatan jenazah.
3.2 Saran
Tata cara perawatan jeanzah haruslah dengan prosedur yang benar
dan menurut agama dan keyakinan masing-masing. Kita sebagai perawat haruslah
mengikuti prosedur tersebut.
17
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. Buku
Ajar Fundamental keperawatan volume 1. Edisi 4. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran
Kozier dkk. Fundamental
of nursing concepts, process and practice. Edisi 7.
Karim, H. A. Abdul. 2002.
Petunjuk Merawat Jenazah dan Shalat Jenazah. Jakarta : Amzah
Stephen. Kematian: Perspektif
Dan Sikap
Pemuda dan mahasiswa Buddhis.1999. Petunjuk Teknis Perawatan
Jenazah bagi Umat Beragama Buddha di Indonesia. Diakses
dari
18
Comments
Post a Comment