KONSEP PERAWATAN JENAZAH MENURUT 3 AGAMA (KEPERAWATAN)


TUGAS AGAMA
KONSEP PERAWATAN JENAZAH MENURUT 3 AGAMA 
(ISLAM, KRISTEN DAN HINDU)



oleh
Kelompok 4
Agus Eka Aditya Pratama      (18C10003)
Ni Putu Ari Yudha Pranata    (18C10008)
Ni Made Cempaka Ningrum   (18C10020)
Ni Made Fajarini Gemilang    (18C10030)
Hedrikus Lende Dairo           (18C10031)
Luh Sindi Kartika Dewi         (18C10040)
Malika Ayu Cahyani               (18C10041)
I Gst Ag. Mas Diah Novitasari(18C10042)
Ni Putu Sintya Melinika Dewi(18C10057)
Ni Kadek Sri Rahayu              (18C10059)
TK/Kelas    :  I/A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TA. 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya atas selesainya Makalah yang berjudul “Konsep Perawatan Jenazah Menurut Agama Islam, Kristen dan HIndu”.
Adapun tujuan umum dari penyelesaian penulisan Makalah ini adalah tugas dari mata kuliah Agama dalam materi penulisan Makalah ini. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan Makalah, maka saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.      Bapak Asthadi Mahendra Bhandesa, S.Pd.H,M.Pd.H selaku Dosen mata kuliah Agama yang telah memberikan bimbingan, ide dan saran untuk Makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini belumlah sempurna oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan Makalah ini.




Penulis







ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I   PENDAHALUAN ................................................................................ 1
1.1    Latar Belakang................................................................................. 1
1.2    Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3    Tujuan.............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
2.1 Definisi Kematian............................................................................. 3
2.2 Asuhan Keperawatan pada Masalah Menjelang Kematian............... 5
2.3 Konsep Kematian Menurut Agama.................................................. 9
2.4 Perawatan Jenazah Menurut Agama ................................................ 12
BAB III PENUTUP............................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 17
3.2 Saran................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 18
                                                                   








iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kehilangan adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat unik secara individual. Hidup adalah serangkaian kehilangan dan pencapaian. Seorang anak yang mulai belajar berjalan mencapai kemandiriannya dengan mobilisasi. Seorang lansia dengan perubahan visual dan pendengaran mungkin kehilangan kesadaran-dirinya. Penyakit dan perawatan di rumah sakit sering melibatkan berbagai kehilangan. (potter dan perry)
Dalam kehidupan setiap individu hanya ada satu hal yang pasti, yaitu individu tersebut akan meninggal dunia . Kematian  merupakan  suatu  hal yang alami. Saat terjadinya kematian  merupakan saat-saat yang tidak diketahui waktunya. Kematian dapat terjadi singkat dan tidak terduga seperti seorang anak yang meninggal akibat kecelakaan, kematiaan dapat berlangsung mendadak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya seseorang yang pingsan dan dalam waktu 24 jam sudah meninggal, kematian dapat diperkirakan sebelumnya melalui diagnosis medis tetapi saat kematian itu sendiri biasa terjadi mendadak,atau pasien dapat mengalami dahulu stadium terminal penyakit dalam waktu yang bervariasi mulai dari  berapa hari hingga berbulan-bulan.
Kematian dari masa lampau sampai saat ini selalu dikhaskan dengan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya kerja otak secara menetapNamun demikian, kemajuan dalam teknologi kedokteran  berlangsung sedemikian cepat sehingga kalau satu atau lebih sistem tubuh tidak berfungsi, pasien mungkin masih dapat dipertahankan “hidupnya” dengan bantuan mesin, tindakan ini dapat dilakukan sehubungan dengan pengangkatan organ tubuh untuk bedah transplantasi.
Kepercayaan yang ada pada agama memberitahukan konsep-konsep yang benar dan yang salah, dan perilaku yang diharapkan untuk menjadi seseorang yang baik, penuh tenggang rasa terhadap orang lain serta mempunyai rasa cinta kasih terhadap sesama, baik dalam perkataan maupun perbuatannya. Dengan memahami bahwa kematian merupakan suatu yang alami dari proses kehidupan akan membantu perawat dalam memberikan respon terhadap kebutuhan pasien dengan lebih murah hati.

1
1.2     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.2.1 Apa yang di maksud dengan kematian ?
1.2.2 Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Masalah Menjelang Kematian
dan kematian?
1.2.3 Bagaimana konsep kematian menurut agama Islam, Kristen dan
Hindu ?
1.2.4 Bagaimana tindakan perawatan jenazah menurut agama Islam,
Kristen dan Hindu ?

1.3    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari pembuatan makalah ini:
1.3.1   Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan kematian
1.3.2   Mengetahui tindakan asuhan keperawatan pada masalah menjelang kematian
1.3.3   Mengetahui konsep kematian menurut agama Islam, Kristen, dan Hindu
1.3.4   Mengetahui tidakan perawatan jenazah yang harus dilakukan berdasarkan agama klien.


















2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi Kematian
Kematian suatu keadaan alamiah yang setiap individu pasti akan mengalaminya. Secara umum, setiap manusia  berkembang dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, lansia dan akhirnya mati.
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja otak secara menetap. . Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, diantaranya :
1.      Algor morti(Penurunan suhu jenazah)
      Algor mortis merupakan salah satu tanda kematian yaitu terhentinya produksi panas, sedangkan pengeluaran berlangsung terus menerus, akibat adanya perbedaan panas antara mayat dan lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi Algor mortis yaitu :
a. Faktor lingkungan
b. Suhu tubuh saat kematian ( suhu meningkat, a.m.makin lama)
c. Keadaan fisik tubuh serta pakaian yang menutupinya
d. Aliran udara, kelembaban udara
e. Aktivitas sebelum meninggal, konstitusi tubuh
f. Sebab kematian, posisi tubuh
2.      Livor mortis (Lebam mayat)
Livor mortis (lebam mayat) terjadi akibat peredaran darah terhenti mengakibatkan stagnasi maka darah menempati daerah terbawah sehingaa tampak bintik merah kebiruan.
3.      Rigor mortis (Kaku mayat)
Rigor mortis adalah kekakuan pada otot tanpa atau disertai pemendekan serabut otot.
Tahapan tahapan rigor mortis:
0-2 sampai 4 jam : kaku belum terbentuk
6 jam : Kaku lengkap
12 jam : kaku menyeluruh
36 jam : relaksasi sekunder


3




4.      Dekomposisi ( Pembusukan)
Hal ini merupakan suatu keadaan dimana bahan-bahan organik tubuh mengalami dekomposisi baik yang disebabkan karena adanya aktifitas bakteri, maupun karena autolisis. Skala waktu terjadinya pembusukan mulai terjadi setelah kematian seluler. Lebih dari 24 jam mulai tampak warna kehijauan di perut kanan bawah (caecum).
Mekanisme:
Degradasi jaringan oleh bakteri → H2S, HCN, AA, asam lemak
H2S + Hb → HbS (hijau kehitaman).
Faktor yang mempengaruhi pembusukan:
1. Mikroorganisme
2. Suhu optimal (21 – 370C)
3. Kelembaban tinggi→cepat
4. Sifat mediumnya udara=air=tanah=(1:2:8)
5. Umur bayi, anak, ortu → lambat
6. Kostitusi tubuh : gemuk (cepat)
7. Keadaan waktu mati kematian :edema(cepat), dehidrasi(lambat)
8. Sebab kematian : radang (cepat)

Berikut ini terdapat beberapa definisi mengenai kematian sebagai berikut :
1.    Mati klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah henti sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak ireversibel. Pada masa dini kematian inilah, pemulaian resusitasi dapat diikuti dengan pemulihan semua fungsi sistem organ vital termasuk fungsi otak normal, asalkan diberi terapi optimal.
2.    Mati biologis (kematian semua organ) selalu mengikuti mati klinis bila tidak dilakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau bila upaya resusitasi dihentikan. Mati biologis merupakan proses nekrotisasi semua jaringan, dimulai dengan neuron otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa sirkulasi, diikuti oaleh jantung, ginjal, paru dan hati yang menjadi nekrotik selama beberapa jam atau hari. Pada kematian, seperti yang biasa terjadi pada penyakit akut atau kronik yang berat, denyut jantung dan nadi berhenti pertama kali pada suatu saat, ketika tidak hanya jantung, tetapi organisme secara keseluruhan begitu terpengaruh oleh penyakit tersebut sehingga tidak mungkin untuk tetap hidup lebih lama lagi. Upaya resusitasi pada kematian normal seperti ini tidak bertujuan dan tidak berarti. Henti jantung (cardiac arrest) berarti penghentian tiba-tiba kerja pompa jantung pada organisme yang utuh atau hampir utuh. Henti jantung yang terus berlangsung sesudah jantung



4



pertama kali berhenti mengakibatkan kematian dalam beberapa menit. Dengan perkataan lain, hasil akhir henti jantung yang berlangsung lebih lama adalah mati mendadak (sudden death). Diagnosis mati jantung (henti jantung ireversibel) ditegakkan bila telah ada asistol listrik membandel (intractable, garis datar pada EKG) selama paling sedikit 30 menit, walaupun telah dilakukan RJP dan terapi obat yang optimal.
3.    Mati serebral (kematian korteks) adalah kerusakan ireversibel (nekrosis) serebrum, terutama neokorteks. Mati otak (MO,kematian otak total) adalah mati serebral ditambah dengan nekrosis sisa otak lainnya, termasuk serebelum, otak tengah dan batang otak.
Penyebab kematian menurut ilmu kedokteran tidak berhubungan dengan jatuhnya manusia ke dalam dosa atau dengan Allah, melainkan diakibatkan tidak berfungsinya organ tertentu dari tubuh manusia.
Kematian menurut dokter H. Tabrani Rab disebabkan empat faktor:
(1) berhentinya pernafasan
(2) matinya jaringan otak
(3) tidak berdenyutnya jantung
(4) adanya pembusukan pada jaringan tertentu oleh bakteri-bakteri
Seseorang dinyatakan mati menurut Dr. Sunatrio bilamana fungsi pernafasan/paru-paru dan jantung telah berhenti secara pasti atau telah terbukti terjadi kematian batang otak. Dengan demikian, kematian berarti berhentinya bekerja secara total paru-paru dan jantung atau otak pada suatu makhluk. Dalam ilmu kedokteran, jiwa dan tubuh tidak dapat dipisahkan. Belum dapat dibuktikan bahwa tubuh dapat dipisahkan dari jiwa.
2.2         Asuhan Keperawatan Pada Masalah Menjelang Kematian dan Kematian
A.    Pengkajian Keperawatan
Pengkajian masalah ini antara lain adanya tanda klinis saat menghadapi kematian (sekarat), seperti perlu dikaji adanya hilangnya tonus otot, relaksasi wajah, kesulitan untuk berbicara, kesulitan menelan, penurunan aktivitas gastrointestinal, melemahnya tanda sirkulasi, melemahnya sensasi, terjadinya sianosis pada ekstremitas, kulit teraba dingin, terdapat perubahan tanda vital seperti nadi melambat dan melemah, penurunan tekanan darah, pernapasan tidak teratur melalui mulut, adanya kegagalan sensori seperti pandangan kabur dan menurunnya tingkat kecerdasan. Pasien yang mendekati kematian ditandai dengan dilatasi pupil, tidak mampu bergerak, refleks hilang, nadi naik kemudian turun, respirasi cheyne stokes (napas terdengar kasar), dan tekanan darah menurun. Kematian ditandai dengan terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, hilangnya pergerakan otot, dan terhentinya aktivitas otak.


5



B.     Diagnosis Keperawatan
1. Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian (proses sekarat).
2. Keputusan berhubungan dengan penyakit terminal

C.    Perencanaan dan tindakan keperawatan
Hal yang dapat dilakukan dalam perencanaan tujuan keperawatan adalah membantu mengurangi depresi, mempertahankan harapan, membantu pasien dan keluarga menerima kenyataan. Rencana yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, antara lain:
1.      Memberikan dukungan dan mengembalikan kontrol diri pasien dengan cara mengatur tempat perawata, mengatur kunjungan, jadwal aktivitas, dan penggunaan sumber pelayanan kesehatan.
2.      Membantu pasien mengatasi kesepian, depresi, dan rasa takut.
3.      Membantu pasien mempertahankan rasa aman, percaya diri, dan harga diri.
4.      Membantu pasien mempertahankan harapan yang dimiliki.
5.      Membantu pasien menerima kenyataan.
6.      Memenuhi kebutuhan fisiologis.
7.      Memberikan dukungan spiritual dengan memfasilitasi kegiatan spiritual pasien.
D.    Tindakan Perawat Dalam Menangani Jenazah
Dalam menangani jenazah perawat harus melakukannya dengan hormat dan sebaik-baiknya. Rasa hormat ini dapat dijadikan prinsip, dengan kata lain, seseorang telah diperlakukan secara manusiawi dan sama seperti orang lain. Seorang perawat harus memperlakukan tubuh jenazah dengan hormat. Sebelum kematian terjadi, anggota tubuh harus diikat dan kepala dinaikkan ke atas bantal. Tubuh harus dibersihkan dengan membasuhnya dengan air hangat secara perlahan. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh pasien harus dicuci dan dibersihkan rawatan posmortem,
Perawatan tubuh setelah kematian disebut perawatan postmortem. Hal ini dapat menjadi tanggung jawab perawat. Perawat akan lebih mudah melakukannya apabila bekerja sama dengan staf kesehatan lainnya. Adapun hal yang harus diperhatikan :
1.    Perlakukan tubuh dengan rasa hormat yang sama perawat lakukan terhadap orang yang masih hidup.
2.    Beberapa fasilitas memilih untuk meninggalkan pasien sendiri sampai petugas kamar jenazah tiba.
3.    Periksa prosedur manual rumah sakit sebelum melanjutkan perawatan postmortem.


6


ü  Perawatan Jenazah
- Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis.
- Singkirkan pakaian atau alat tenun.
- Lepaskan semua alat kesehatan
- Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda
- Tempatkan kedua tangan jenazah di atas abdomen dan ikat
pergelangannya (tergantung dari kepercayaan atau agama)
- Tempatkan satu bantal di bawah kepala.
- Tutup kelopak mata, jika tidak bisa tertutup bisa menggunakan kapas
basah.
- Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulungan
handuk di bawah dagu.
- Letakkan alas di bawah glutea
- Tutup tubuh jenazah sampai sebatas bahu
- Kepala ditutup dengan kain tipis
- Catat semua milik pasien dan berikan kepada keluarga
- Beri kartu atau tanda pengenal
- Bungkus jenazah dengan kain panjang

ü  Perawatan Jenazah yang akan Diotopsi
- Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan
- Beri label pada pembungkus jenazah
- Beri label pada alat protesa yang digunakan
- Tempatkan jenazah pada lemari pendingin

ü  Perawatan Jenazah yang meninggal akibat kasus penyakit menular
1.    Tindakan di ruangan
- Luruskan tubuh, tutup mata, telinga dan mulut dengan kapas
- Lepaskan alat kesehatan yang terpasang
- Setiap luka harus diplester rapat
- Tutup semua lubang tubuh dengan plester kedap air
Membersihkan jenazah perhatikan beberapa hal
Perawat menggunakan pelindung :
- Sebaiknya menggunakan masker penutup mulut.
- Harus menggunakan sarung tangan karet.
- Sebaiknya menggunakan apron / untuk melindungi tubuh dalam
keadaan tertentu.
- Menggunakan air pencuci yang telah dibubuhi bahan desinfektan


7


- Mencuci tangan dengan sabun setelah membersihkan  jenazah
(sebelum sarung tangan dilepaskan dan sesudah sarung tangan dilepaskan).
- Pasang label identitas jenazah pada kaki.
- Keluarga/teman diberi kesempatan untuk melihat jenazah
- Memberitahukan kepada petugas kamar jenazah bahwa jenazah adalah
penderita penyakit “menular”
-   Jenazah dikirimkan ke kamar jenazah

2.    Tindakan di Kamar Jenazah
a.       Jenazah dimandikan oleh petugas kamar jenazah yang telah mengetahui cara memandikan jenazah yang infeksius.
b.      Petugas sebaiknya menggunakan pelindung :
1.      masker penutup mulut
2.      kaca mata pelindung mata
3.      sarung tangan karet
4.      apron/baju khusus untuk melindungi tubuh dalam keadaan tertentu
5.      sepatu lars sampai lutut (sepatu boot)
c.       Menggunakan air pencuci yang telah dibubuhi desinfektan, antara lain kaporit.
d.      Mencuci tangan dengan sabun setelah membersihkan jenazah (sebelum dan sesudah sarung tangan dilepaskan)
e.       Jenazah dibungkus dengan kain kafan atau kain pembungkus lain sesuai dengan kepercayaan/agamanya.
Hal yang dilakukan setelah perawatan jenazah :
1.      Segera mencuci kulit dan permukaan lain dengan air bila terkena darah atau cairan tubuh lain.
2.      Dilarang menutup atau memanipulasi jarum suntik, buang dalam wadah khusus alat tajam
3.      Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya ditempatkan dalam tas plastic
4.      Pembuangan sampah dan bahan terkontaminasi dilakukan sesuai dengan tujuan mencegah infeksi
5.      Setiap percikan atau tumpahan darah di permukaan segera dibersihkan dengan larutan desinfektans, misalnya klorin 0.5 %
6.      Peralatan yang akan digunakan kembali harus diproses dengan urutan: dekontaminasi, pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi
7.      Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka


8


8.      Jenazah tidak boleh dibalsam,disuntik untuk pengawetan dan diautopsi kecuali oleh petugas khusus.
9.      Dalam hal tertentu, autopsi hanya dapat dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari pimpinan RS

E.     Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah sekarat dan kematian secara umum dapat dinilai dari kemampuan individu untuk menerima makna kematian, reaksi terhadap kematian, dan perubahan perilaku, yaitu menerima arti kematian.

2.3         Konsep Kematian Menurut Agama
A.    Konsep Kematian Menurut Agama Islam
Orang disebut “mati” apabila nyawanya telah meniggalkan tubuh. Oleh karena itu, manusia dan hewan juga mengalami kematian. Dalam ajaran islam, mati hanyalah masa istirahat untuk mejelang hidup yang abadi di akhirat nanti. Suatu masa hidup yang tidak berkesudahan.
Seperti yang tercantum dalam ayat “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. 29:57) tiap orang yang pernah hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali, mereka semua akan mati, tiap orang. Saat ini, kita tidak pernah menemukan jejak orang-orang yang telah meninggal dunia. Mereka yang saat ini masih hidup dan mereka yang akan hidup juga akan menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan. Walaupun demikian, masyarakat pada umumnya cenderung melihat kematian sebagai suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan saja.
Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua “kenyataan” dalam hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan “hari-hari indah” di dunia ini. Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: anda dapat mengedipkan mata anda, menggerakkan badan anda, berbicara, tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.
Manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri. Namun selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk memenuhi segala keinginannya. Tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memenuhi hawa nafsunya. Namun, tidak seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kuburan. Jenazah dikuburkan hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. Tubuh datang ke dunia ini seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang sama.


9



 Modal yang dapat di bawa seseorang ketika mati hanyalah amal-amalnya saja. Dunia adalah tempat ujian dan cobaan. Bagi orang yang tunduk dan patut kepadanya maka surga sebagai balasannya. Kita juga tidak tahu kapan dan dimana akan datangnya maut. Bahkan apa yang kita peroleh pada hari esok, belum tahu apa yang terjadi. Adanya kematian yang menimpa seseorang, berarti akan memutus kelezatan dunia. Manusia tinggal menunggu balasan amal perbuatannya ketika masih di dunia.

B.     Konsep Kematian menurut Agama Kristen
Antropologi Perjanjian Lama menjelaskan bahwa manusia bukan berasal dari Allah melainkan diciptakan oleh Allah (Kej 1:27) atau dibentuk oleh Allah dari debu tanah dan diberi kehidupan setelah Allah menghembus nafas hidup ke dalam hidungnya (Kej. 2:7). Bila manusia disebut ciptaan maka di dalam manusia ada unsur ketidakkekalan (mortality). Dalam Kej. 2:16-17 terdapat larangan makan buah pengetahuan yang baik dan jahat dengan akibat ”mati. Perintah Allah itu itu dilanggar manusia sehingga manusia mati dalam pengertian terpisah dengan Allah atau mati rohani. Rasul Paulus juga berbicara bahwa manusia mati (nekros) karena pelanggaran dan dosa (Ef 2:1, Rm 7:9). Selain itu dalam Roma 6:23, Rasul Paulus mengatakan bahwa upah dosa adalah maut (thanatos). Akibat dosa, manusia terputus hubungannya dengan Allah. Dalam Kej 2:7 dikatakan bahwa Tuhan Allah membentuk manusia dari debu tanah. Allah memasukkan nafas (neshamah) ke dalam bentuk jasmani, dan dengan cara itu manusia menjadi makhluk hidup (nefesh chayyah). Tetapi bukan berarti manusia menerima jiwa atau roh ilahi (divine soul or spirit).
Paham immortalitas jiwa tidak dikenal dalam Alkitab. Manusia mengalami
kematian bukan karena Tuhan, tetapi karena kemauan manusia sendiri yang hendak menjadi sama seperti Allah. Dosa utama ini yang membawa kematian dalam hidup manusia. Pandangan rohani yang dalam ini berasal dari konflik antara tradisi Yahwis berhadapan dengan konsepsi dunia Timur kuno. Manusia yang terdiri dari tubuh, roh dan jiwa disebut sebagai manusia seutuhnya; manusia sebagai suatu totalitas. Manusia yang utuh ini yang Allah ciptakan dan sekaligus diselamatkan Allah setelah jatuh dalam dosa. Keselamatan yang Allah berikan bukanlah keselamatan untuk jiwanya saja, tetapi keselamatan untuk tubuhnya juga. Kalau manusia mati, ia mati seluruhnya sebagai tubuh dan jiwa. Allah bersama-sama manusia dalam hidupnya dan Allah juga bersama-sama dengan manusia pada waktu manusia mati dan sesudah manusia mati.


10



 Jelas bahwa manusia mati sebagai manusia dalam totalitas dirinya. Ia mati sebagai diri yang rohani dan badani. Maka kematian badani adalah lambang yang tepat yang menjelaskan lebih mendalam bahwa maut adalah akibat dosa dan tidak terelakkan. Bila dosa mengakibatkan kematian, maka Kristus telah diutus Allah untuk menghapuskan dosa manusia sehingga di dalam Kristus manusia didamaikan dengan Allah. Dengan jalan itu, Allah memberikan kepada manusia kemungkinan baru untuk hidup sebagai partnerNya.

C.    Konsep Kematian Menurut Agama Hindu
     Manusia pada umumnya selalu takut datangnya kematian, manusia dengan segala cara selalu menjaga kesehatannya dengan harapan proses kematian jangan terlalu cepat sehingga dapat lama menikmati kehidupan ini. Rasa takut manusia menghadapi kematian adalah suatu pertanda bahwa sudah banyak penderitaan yang lain pada saat matinya dalam kehidupan yang sebelumnya. Agama Hindu mengatakan setelah mati tubuh hancur, kembali menjadi panca maha buta. Sedangkan jiwa mungkin mencapai moksha atau lahir kembali ke dunia ini.
Salah satu kitab dalam yang disakralkan oleh umat Hindu adalah kitab Upanishad. Kitab Upanishad mengajarkan bahwa di luar dunia ini, "brahmanatman"lah (sesuatu seperti Allah) satu-satunya yang benar-benar ada dan berarti. Apa yang manusia lihat, dunia ruang, dan waktu adalah maya. Maya sifatnya hanya sementara dan tidak memiliki makna yang nyata. Namun, semua yang hidup dan bernapas memiliki "atman" atau jiwa yang merupakan bagian dari "paramatman" atau dunia arwah. Setiap "atman", saat berada dalam dunia maya, mencoba untuk kembali ke "paramatman".
Kitab Upanishad menyatakan bahwa jalan satu-satunya bagi "atman" untuk kembali ke asalnya adalah melalui "punar-janman" atau reinkarnasi. "Atman" (jiwa) seseorang mungkin berawal dari cacing, kemudian melalui kematian dan kelahiran kembali, jiwa itu menjadi sesuatu yang lebih tinggi derajatnya sampai menjadi manusia. Saat "atman" menjadi manusia, "atman" itu harus tumbuh dengan mencapai kelas sosial yang lebih tinggi. Manusia mencapai kelas sosial yang lebih tinggi dengan mengikuti darmanya tugasnya untuk melakukan sesuatu hal tertentu sesuai dengan kelasnya. Tugas tersebut meliputi tugas moral, sosial, dan agama. Ketiganya sangat penting dalam agama Hindu. Cara lain untuk membebaskan jiwa adalah melalui yoga. Kedisiplinan yang menahan hasrat jasmani di bawah penguasaan diri sehingga "atman" dapat lolos dari lingkaran kematian dan kelahiran kembali untuk kemudian bergabung ke "paramatman" (dunia arwah). Sekalinya "atman" dapat masuk ke "paramatman" (kenyataan yang sebenarnya)


11



maka "atman" tersebut telah diterima di nirwana. Kemudian yang ada hanyalah hidup yang lebih tinggi. Ia berhasil masuk ke dalam keabadian. Orang Hindu meyakini bahwa dunia ini tidak bermakna karena dunia ini hanya sementara dan satu-satunya realitas adalah sesuatu yang dapat ia lihat sekilas melalui disiplin dan meditasi yang intensif. Mereka percaya bahwa jiwa mereka telah melalui lingkaran kelahiran, kematian, kelahiran kembali yang panjang dan akan terus begitu sampai menemukan kelepasan di nirwana (keabadian). Orang Hindu percaya bahwa Upanishad memberi mereka hikmat yang mereka perlukan untuk menolak dunia agar jiwanya dapat mencapai"paramatman" yang kekal. Hinduisme ini mengajarkan bahwa keselamatan dapat diperoleh melalui salah satu dari tiga cara, yakni dengan menjalankan darma atau tugas; pengetahuan yang diajarkan Upanishad; dan pengabdian kepada salah satu dewa, misalnya Wisnu atau Siwa. Cara yang terakhir adalah cara yang paling banyak digunakan orang-orang dari kelas bawah (mayoritas orang India) karena cara itu menawarkan kemudahan bagi jiwa mereka untuk mencapai kelas yang lebih tinggi, dan akhirnya nirwana. Menurut agama Hindu, setelah mengalami tahap-tahap kehidupan yang sempurna dan melewati reinkarnasi, mereka akan bertemu dengan Dewa Brahma (Pencipta).

2.4         Perawatan Jenazah Menurut Agama
A.    Perawatan Jenazah menurut Agama Islam
Perawatan jenazah menurut Islam meliputi memandikan jenazah, mengkafani, menyolatkan dan menguburkan.
1.      Memandikan jenazah
Syarat-syarat jenazah wajib dimandikan adalah:
a.       Jenazah itu harus orang  Islam
b.      Didapati tubuhnya walaupun sakit
c.       Bukan mati syahid
d.      Bayi lahir sebelum waktunya dan belum ada tanda-tanda hidup, misalnya belum menangis, belum bernafas dan denyut nadi belum bergerak
e.       Orang yang meninggal karena kecelakaan yang fatal sehingga tubuhnya nyaris rusak/hancur.
Bila jenazah disemayamkan lebih dari 24 jam sebaiknya tidak dimandikan tetapi  cukup dilap dengan kain yang agak basah sampai kering, kemudian diberi borehan dengan alkohol atau spiritus. Sesudah itu diberi bedak dengan maksud agar mayat tetap kering dan tidak mendatangkan bau yang kurang sedap.


12


Orang-orang yang berhak memandikan jenazah:
a.       Jika mayat telah mewasiatkan kepada seseorang untuk memandikannya maka orang itulah yang berhak.
b.      Jika mayat tidak mewasiatkan maka yang berhak adalah ayahnya atau kakeknya atau anaknya laki-laki atau cucunya laki-laki.
c.       Jika tidak ada yang mampu keluarga mayat boleh menunjuk orang yang amanah yang terpercaya buat mengurusnya.
Persiapan sebelum memandikan jenazah:
a.       Menutup aurat si mayat dengan kain basahan atau handuk besar.
b.      Melepas pakaian yang masih melekat di tubuhnya.
c.       Menggunting kuku tangan dan kaki kalau panjang
d.      Mencukur bulu ketiak dan merapikan kumis.
e.       Membersihkan hidung dan mulut serta menutupnya dengan kapas ketika dimandikan lalu dibuang setelah selesai.
Tata cara memandikan jenazah:
a.       Jenazah dibaringkan di tempat yang tinggi.
b.      Jenazah dimandikan di tempat tertutup.
c.        Ketika dimandikan dipakaikan kain basah.
d.      Bersihkan isi perut dengan tangan kiri yang telah terbalut.
e.       Jenazah dibersihkan dari nazis yang melekat di tubuhnya atau yang keluar dari duburnya.
f.       Setelah dibersihkan lalu dengan menggunakan air, sabun mandi, seluruh tubuh dari rambut sampai telapak kaki dimandikan sampai bersih. Disunnahkan jenazah tersebut dimandikan tiga kali atau lima kali.
g.      Setelah jenazah selesai dimandikan, kemudian badannya dikeringkan dengan memakai handuk.

2.        Mengkafani jenazah
Tata cara mengkafani jenazah adalah jenazah laki-laki atau wanita minimal dibungkus dengan selapis kain kafan yang menutupi seluruh tubuhnya. Namun untuk jenazah laki-laki sebaiknya dibungkus tiga lapis dan untuk wanita lima lapis yaitu kain basahan, baju, tutup kepala, kerudung dan kain kafan yang menutupi seluruh tubuhnya

3.        Menyolatkan jenazah
Syarat-syarat sah sholat jenazah adalah:
a.       Menutup aurat, suci dari hadas besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya serta  menghadap kiblat.



13


b.      Mayat sudah dimandikan dan dikafani.
c.       Letak mayat sebelah kiblat orang yang menyolatinya, kecuali kalau sholat dilakukan di atas kubur atau sholat gaib.

B.     Perawatan Jenazah menurut Agama Kristen
Cara merawat jenazah yaitu tindakan ini dilakukan untuk menjaga privasi keluarga sekaligus merawa jenazah supaya tahan lama dan kelihatan bersih dan menghargai jenazah.
1.      Perlengkapan memandikan jenazah
Adapun perlengkapan yang diperlukan dalam memandikan jenazah:
·         Air bersih secukupnya
·         Sabun mandi untuk membersihkan
·         Sarung tangan atau handuk untuk membersihkan kotoran-kotoran
·         Lidi atau sebagainya untuk membersihkan kuku
·         Handuk untuk mengeringkan badan atau tubuh jenazah setelah selesai dimandikan

2.      Cara-cara memandikan jenazah
·         Bujurkan jenazah di tempat yang tertutup, tetapi jika jenazah dapat didudukkan di kursi bisa didudukan dikursi.
·         Seandainya jenazah perempuan maka yang memandikan perempuan demikian juga sebaliknya.
·         Lepaskan seluruh pakaian yang melekat dan menutup
·         Tutup bagian auratnya
·         Lepaskan logam seperti cincin dan gigi palsu seandainya ada.
·         Bersihkan kotoran nazisnya dan meremas bagian perutnya hingga kotorannya keluar, hal ini dialakukan dalam keadaan duduk.
·         Bersihkan rongga mulut
·         Bersihkan kuku, jari dan tangannya
·         Diusahakan menyiram air mulai dari anggota yang kanan, diawali dari kepala bagian kanan terus ke bawah, kemudian bagian kiri terus kebawah dan diulang sampai bersih

3.      Cara pelaksanaan memandikan jenazah
·         Mulai menyiram anggota tubuh secara urut, tertib segera dan rata hingga bersih minimal 3 kali serta dimulai anggota tubuh sebelah kanan.
·         Menggosok seluruh tubuh dengan air sabun.


14



·         Menyiram beberapa kali sampai bersih.
·         Setelah bersih seluruh tubuh dikeringkan dengan handuk kering hingga kering.
·         Pakailah baju jenazah dengan warna gelap atau pakaian kesukaannya.
·         Diangkat ke rumah di ruang tengah dimana dialasi tikar pandan.

4.      Hal-hal yang diperhatikan
·         Dilarang memotong rambut, hal ini dihindari karena dianggap menganiaya jenazah dengan menimbulkan kerusakan atau cacat tubuh.
·         Saat menyiram air pada wajah dan muka tutuplah lubang mata, hidung, mulut dan telinganya agar tidak kemasukan air.
·         Apabila anggota tubuh terluka dalam menggosok dan membersihkan bagian terluka supaya hati-hati dilakukan dengan lembut seakan memperlakukan pada waktu masih hidup.

Cara memformalin jenazah
Formalin yang digunakan 70% sebab dapat membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi kekurangan air, sehingga sel bakteri akan kering dan membentuk lapisan baru dipermukaan, hal ini bertujuan untuk melindungi lapisan dibawah, supaya tahan terhadap serangan bakteri lain. Formalin digunakan kurang lebih 4 liter supaya tahan lama kurang lebih satu minggu, untuk tiga hari jumlah 2 liter dimana konsentrasinya sama 70%, untuk penyuntikan formalin dipercayakan kepada pihak RS atau bidan. Jika di RS penyuntikan ini dipercayakan kepada perawat sedang di luar RS dipercayakan kepada bidan. Ini disuntikan pada tubuh jenazah. Salah satu tempatnya di bagian yang banyak mengandung air dan berongga contohnya di bagian sela-sela iga. Formalin juga dapat dimasukkan ke pembuluh vena saphena magna. Pembuluh ini letaknya di atas persendian kaki supaya tidak merusak organ tubuh lainnya. Ada juga  yang disuntikkan di pelipatan paha. Namun, di dunia kedokteran sudah menggunakan standar di kaki karena selain mencarinya mudah juga pembuluh sudah kelihatan.

C.    Perawatan Jenazah menurut Agama Hindu
a.       Terlebih dahulu jenazah harus dimandikan dengan air tawar yang bersih dan sedapat mungkin dicampur dengan wangi- wangian.
b.      Setelah itu diberi secarik kain putih untuk menutupi bagian muka wajah dan bagian alat kelaminnya.


15


c.       Kemudian barulah diberi pesalin dengan kain atau baju yang baru (bersih), rambutnya dirapikan (perempuan : rambutnya digulung sesuai dengan arah jarum jam), posisi tangan dengan sikap "menyembah" ke bawah. Setelah itu dibungkus dengan kain putih.
d.      Pada saat membungkus jenazah tersebut supaya diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Bila jenazah itu laki- laki maka lipatan kainnya: yang kanan menutupi yang kiri, dan bila perempuan maka lipatan kainnya: yang kiri menutupi yang kanan. Setelah terbungkus rapi ikatlah bagian ujung (kepala dan kaki) serta bagian tengah jenazah yang bersangkutan dengan benang atau sobekan kain pembungkus tadi. Setelah selesai perawatan di atas, barulah jenazah tersebut disemayamkan di tempat yang telah ditetapkan.




16



BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja otak secara menetap.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatannya, perawat harus mengetahui konsep kematian berdasarkan agama pasien. Perawat memiliki peranan dalam perawatan jenazah. Perawatan yang dilakukan terhadap jenazah berbeda sesuai dengan agama pasien. Perawatan jenazah pada pasien beragama Kristen antara lain memandikan jenazah dan memformalin jenazah. Perawatan jenazah pasien beragama Islam antara lain, membujurkan jenazah, memandikan jenazah, mengkafani jenazah, dan menyolatkan jenazah. Sedangkan perawatan jenazah pasien beragama Hindu antara lain memandikan jenazah dan membungkus jenazah dengan kain putih.
Dalam melakukan perawatan jenazah, perawat harus mengetahui penyebab kematian pasien, apakah karena penyakit menular atau tidak. Jika, pasien  tersebut meninggal karena penyakit menular, maka perawat harus menggunakan alat pelindung diri saat melakukan perawatan jenazah.

3.2 Saran
Tata cara perawatan jeanzah haruslah dengan prosedur yang benar dan menurut agama dan keyakinan masing-masing. Kita sebagai perawat haruslah mengikuti prosedur tersebut.




17




DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental keperawatan volume 1. Edisi 4. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
Kozier dkk. Fundamental of nursing concepts, process and practice. Edisi 7.
Karim, H. A. Abdul. 2002. Petunjuk Merawat Jenazah dan Shalat Jenazah. Jakarta : Amzah
Stephen. Kematian: Perspektif Dan Sikap
Pemuda dan mahasiswa Buddhis.1999. Petunjuk Teknis Perawatan Jenazah bagi Umat Beragama Buddha di Indonesia. Diakses dari













18

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH BUDAYA DAN KESEHATAN MASYARAKAT BATAK

MAKALAH BUDAYA DAN KESEHATAN MASYARAKAT BETAWI