Masalah Terkait Kromosom
1. BUTA WARNA
Buta warna pertama kali ditemukan oleh ahli kimia Inggris
bernama Dalton yang memang menderita buta warna. Terdapat dua jenis buta warna
yatiu buta warna total (akromatopsia atau monokromatis) dan buta warna sebagian
(dikromatisme).
Pada buta warna total penderita membawa gen resesif pada
kromosom seksnya baik kromosom X atau Y, sehingga perempuan ataupun laki-laki
berpeluang sama untuk menderita buta warna. Warna yang dapat ditangkap oleh
penderita buta warna total hanya berkisar warna abu-abu.
Pada buta warna sebagian penderita biasanya tidak bisa membedakan antara warna merah
dengan hijau dan warna biru dengan kuning. Penderita buta warna sebagian
biasanya lebih banyak menimpa laki-laki dibandingkan perempuan yaitu 7% laki-laki
dan 1% perempuan. Buta warna sebagian disebabkan oleh gen resesif terpaut
kromosom X.
2. HEMOFILIA
Hemofilia merupakan penyakit genetika terpaut kromosom
dimana darah penderita sukar untuk membeku. Hemofilia juga merupakan penyakit
genetika yang disebabkan oleh gen resesif terpaut kromosom X. Saat ini dikenal
dua jenis hemofilia, yaitu:
a. Hemofilia A.
Hemofilia jenis ini disebabkan karena tubuh tidak dapat menghasilkan faktor
antihemofilia (FAH atau faktor VIII)
b. Hemofilia B.
Hemofilia jenis ini biasa juga disebut dengan penyakit christmas. Hal ini
dikarenakan tubuh tidak mampu membentuk faktor IX atau komponen plasma
tromboplastin (PTC)
3. ALBINO
Albino adalah penyakit genetika terpaut kromosom dimana
penderitanya tidak membentuk enzim tirosinase yang berfungsi untuk membentuk
pigmen melanin (faktor utama pemberi warna). Hal ini menyebabkan penderita
albino memiliki warna kulit yang pucat, rambut berwarna putih, dan mata
berwarna merah muda. Biasanya orang yang menderita albino selalu mengedipkan
matanya dan selalu menghindari cahaya karena mereka tidak memiliki pelindung
cahaya. Penderita albino juga memiliki ciri nistigmus atau bola mata yang
bergoyang. Hal ini dikarenakan di jaringan otak tertentu tidak terdapat
melanin.
4. ANEMIA SEL
SABIT
Penderita penyakit anemia sel sabit memiliki eritrosit
berbentuk bulan sabit. Eritrosit berbentuk sel bulan sabit ini mudah saling
tindih pada pembuluh darah kapiler sehingga menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah kapiler tersebut. Anak-anak
yang menderita penyakit ini sering kali memiliki tubuh yang relatif pendek
dengan tangan, kaki, jari tangan dan jari kaki yang panjang. Urin penderita
dapat mengandung darah karena adanya pendarahan diginjal. Penyakit sel sabit
tidak dapat diobati. Pengobatanya lebih ditujukan untuk mencegah terjadinya
krisi, mengendalikan anemia, dan mengurangi gejala.
5. THALASEMIA
Merupakan penyakit menurun yang di tandai dengan gangguan
dan ketidakmampuan memproduksi eritrosit dan haemoglobin. Gejala penyakitnya
adalah anemia, pembesaran limpa dan hati atau pembentukan tulang muka yang
abnormal.
Pembesaran Limpa disebabkan sel darah merah banyak yang
rusak sehingga kerja limpa sangat berat selain itu tugas limpa menjadi lebih
berat karena harus memperroduksi sel darah merah lebih banyak.
Pada thalesemia tulang pipih akan memproduksi sel darah
merah sebanyak banyaknya sehingga terjadi pembesaran pada tulang pipih. Pada
muka hal ini dapat dilihat dengan jelas karena adanya pennjolan dahi,
menjauhnya jauh antara kedua mata dan menonjolnya tulang pipi. Saat ini
pengobatan yang paling optimal adalah transfuse darah seumur hidup. Pencegahan
talesemia dapat dilakukan dengan
a. Mencegah
perkawinan antara 2 orang pembawa sifat thalasemia
b. Memriksa janin
yang dikandung oleh pasangan pembawa sifat
Comments
Post a Comment